Feasibility Study - Tugas 3 APSI
Apa itu Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian?
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk mengelola informasi kepegawaian pada suatu organisasi atau perusahaan. SIMPEG berfungsi untuk membantu proses manajemen sumber daya manusia dengan mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan memproses data kepegawaian seperti informasi personal, pendidikan, pengalaman kerja, absensi, gaji, dan lain sebagainya.
Apa itu Aplikasi Kepegawaian?
Aplikasi kepegawaian adalah aplikasi komputer yang digunakan untuk mengelola informasi kepegawaian pada suatu organisasi atau perusahaan. Aplikasi ini biasanya terintegrasi dengan sistem informasi manajemen kepegawaian (SIMPEG) dan sistem HR (Human Resources) yang ada di perusahaan, dan digunakan oleh manajer atau staf HR dalam memonitor dan mengelola kinerja serta pengembangan karir karyawan.
Aplikasi kepegawaian dapat mencakup berbagai fitur, seperti manajemen data karyawan, absensi, gaji, tunjangan, cuti, kenaikan pangkat, evaluasi kinerja, dan lain sebagainya. Aplikasi kepegawaian dapat membantu dalam memudahkan proses pengelolaan data kepegawaian, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan sumber daya manusia pada suatu organisasi atau perusahaan.
Dalam perkembangannya, aplikasi kepegawaian dapat terhubung dengan teknologi terbaru seperti cloud computing dan mobile computing, sehingga memungkinkan pengelolaan data kepegawaian secara real-time, fleksibel, dan mudah diakses dari berbagai lokasi. Aplikasi kepegawaian yang efektif dan efisien dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, serta memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki.
Apa itu Feasibility Study?
Feasibility study atau studi kelayakan adalah sebuah analisis mendalam yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu proyek atau rencana bisnis dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tujuan dari studi kelayakan adalah untuk mengevaluasi keuntungan dan risiko yang terkait dengan proyek atau rencana bisnis yang akan dilakukan.
Studi kelayakan biasanya mencakup beberapa aspek, seperti analisis pasar, analisis teknis, analisis keuangan, analisis risiko, dan analisis sosial. Dari hasil analisis tersebut, biasanya akan dihasilkan rekomendasi apakah proyek atau rencana bisnis tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.
Contoh dari proyek atau rencana bisnis yang dapat diuji kelayakannya melalui studi kelayakan adalah proyek pembangunan gedung, proyek pengembangan produk baru, atau rencana bisnis untuk membuka usaha baru.
Apa tujuan Feasibility Study?
Tujuan dari feasibility study adalah untuk mengevaluasi kelayakan atau kecukupan suatu proyek atau rencana bisnis sebelum diimplementasikan. Dalam studi kelayakan, berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek atau rencana bisnis dinilai secara menyeluruh, termasuk faktor teknis, pasar, keuangan, dan hukum.
Dengan melakukan feasibility study, dapat diidentifikasi potensi risiko dan tantangan yang dapat dihadapi dalam menjalankan proyek atau rencana bisnis. Studi kelayakan membantu menentukan apakah proyek atau rencana bisnis dapat dilaksanakan dengan cara yang efektif dan efisien, serta apakah menghasilkan keuntungan yang memadai.
Selain itu, studi kelayakan juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan terkait investasi, karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang potensi pengembalian modal dan risiko yang terkait dengan proyek atau rencana bisnis. Dengan melakukan feasibility study, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dan meminimalkan risiko yang terkait dengan pelaksanaan proyek atau rencana bisnis.
Jenis Feasibility Study
Ada beberapa jenis feasibility study, antara lain:
1. Techincal Feasibility Study
Studi kelayakan yang berfokus pada kemampuan teknis dari proyek atau rencana bisnis. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah teknologi yang diperlukan untuk menjalankan proyek atau rencana bisnis tersebut tersedia, serta menilai apakah tim yang akan terlibat memiliki keahlian yang cukup untuk menjalankannya.
2. Market Feasibility Study
Studi kelayakan yang menilai pasar potensial dari proyek atau rencana bisnis. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada cukup permintaan di pasar untuk produk atau layanan yang akan ditawarkan, serta mengevaluasi persaingan yang mungkin ada.
2. Financial Feasibility Study
Studi kelayakan yang menilai aspek keuangan dari proyek atau rencana bisnis. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah proyek atau rencana bisnis tersebut dapat memberikan pengembalian yang cukup untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
3. Legal Feasibility Study
Studi kelayakan yang mengevaluasi apakah proyek atau rencana bisnis tersebut dapat dilaksanakan secara hukum. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada hambatan hukum atau regulasi yang perlu diatasi sebelum proyek atau rencana bisnis tersebut dapat dilaksanakan.
4. Operational Feasibility Study
Studi kelayakan yang menilai apakah proyek atau rencana bisnis tersebut dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dari segi operasional. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah sumber daya dan sistem yang diperlukan tersedia, serta menilai apakah proses operasional yang diusulkan dapat dijalankan dengan baik.
Pemilihan jenis feasibility study yang tepat bergantung pada jenis proyek atau rencana bisnis yang akan dijalankan. Sebuah proyek atau rencana bisnis mungkin membutuhkan beberapa jenis studi kelayakan yang berbeda untuk menentukan apakah layak untuk dilaksanakan.
Studi kasus
Contoh Kasus: Sebuah perusahaan akan memulai proyek pembangunan pabrik baru dengan biaya investasi awal sebesar $500.000. Proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan arus kas selama 5 tahun dengan estimasi sebagai berikut:
Tahun 1: $100.000
Tahun 2: $150.000
Tahun 3: $200.000
Tahun 4: $250.000
Tahun 5: $300.000
Dalam perhitungan ini, diasumsikan tingkat diskon yang sesuai dengan tingkat risiko investasi sebesar 10%.
Perhitungan nilai waktu uang (PV)
PV tahun 1 = $100.000 / (1 + 10%)^1 = $90.909
PV tahun 2 = $150.000 / (1 + 10%)^2 = $112.077
PV tahun 3 = $200.000 / (1 + 10%)^3 = $148.643
PV tahun 4 = $250.000 / (1 + 10%)^4 = $186.040
PV tahun 5 = $300.000 / (1 + 10%)^5 = $220.933
Total PV = $90.909 + $112.077 + $148.643 + $186.040 + $220.933 = $758.602
Pengembalian atas investasi (ROI)
ROI = (Total Keuntungan - Biaya Investasi) / Biaya Investasi x 100%
ROI = ($1.090.000 - $500.000) / $500.000 x 100% = 118%
Break-even point (BEP)
Margin kontribusi = Harga jual - Biaya variabel
Margin kontribusi = $1.000.000 / 5 - $100.000 / 5 = $180.000
BEP = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
BEP = $100.000 / $180.000 = 0,56 atau 56%
Jadi, untuk mencapai titik impas, perusahaan harus menjual produk sebesar 56% dari kapasitas produksi pabrik.
Net present value (NPV)
NPV = Total PV - Biaya Investasi
NPV = $758.602 - $500.000 = $258.602
Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut layak secara ekonomi karena nilai NPV yang positif. Perusahaan dapat mengambil keputusan untuk melanjutkan proyek dengan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang terkait dengan proyek tersebut.
Kesimpulan
Dalam pengembangan aplikasi kepegawaian atau SIMPEG, feasibility study sangat penting untuk memastikan bahwa proyek pengembangan aplikasi kepegawaian atau SIMPEG dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan atau organisasi. Hal ini meliputi efisiensi pengelolaan data kepegawaian, meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, serta memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki.
Dengan melakukan feasibility study dengan baik, pengembangan aplikasi kepegawaian atau SIMPEG dapat diarahkan pada tujuan yang jelas dan tepat sasaran, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perusahaan atau organisasi. Oleh karena itu, feasibility study merupakan tahap awal yang sangat penting dalam pengembangan aplikasi kepegawaian atau SIMPEG.
Referensi :
- https://fajarbaskoro.blogspot.com/2018/10/apsi-feasibility-study.html
- https://info.populix.co/articles/feasibility-study-adalah/
Komentar
Posting Komentar